FENOMENA PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI
PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Mata
Kuliah Pengembangan
Kurikulum
Dosen : Haris Subhan, S.HI.,M.Si.
Prodi
/ Semester : PGMI / VI (enam)
Disusun
Oleh :
Sri
Kartika
NIM. 1011.2.1.065
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI
AL – IHYA KUNINGAN
KAMPUS 2 SELAJAMBE
Jalan Lapang Gintung No.09 Desa/Kec.
Selajambe Kab. Kuningan
|
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor
yang paling mendasar dalam kehidupan kita karena pendidikan adalah suatu upaya
yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertangung jawab. Pendidikan
adalah suatu proses transfer of knowledge (ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni) yang dilakukan oleh guru/dosen kepada anak didiknya. Selain itu,
pendidikan adalah alat untuk merubah cara berpikir kita dari cara berpikir
tradisional ke cara berpikir ilmiah (modern).
Upaya pemerintah untuk menangani permasalahan pendidikan di
Indonesia pun hingga saat ini masih belum tuntas. Hal itu dibuktikan dengan
setiap bergantinya menteri pendidikan, yang selalui diikuti dengan digantinya
kurikulum pendidikan. Dari sini tampak bahwa pemerintah masih belum menemukan
bentuk pengelolaan pendidikan yang tepat dan masih mencari-cari bentuk yang
sesuai dengan masyarakat Indonesia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan seni. Indonesia masih memikul beban berat dalm dunia pendidikan.
Terbukti dari 14 negara di Asia Pasifik, mutu pendidikan dasar Indonesia
menduduki urutan ke 10 (UNESCO 2005). Sedangkan bila diberi nilai, nilai
Indonesia hanya E, jauh di bawah Cina, Thailand, Filipina, Kaboja, Banglades,
dan Vietnam yang memiliki nilai C. Banyak orang bertanya apanya yang salah?
Apakah guru, sistem pendidikan, orangtua murid, murid sendiri, atau faktor
lainnya ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Dunia Pendidikan Di Era Global
Dominasi era global telah membuat para penyelenggara pendidikan terjebak
dalam perasaan ketidak-pastian dengan sistem pendidikan saat ini. Hal ini
disebabkan oleh tingkat kemajuan-kemajuan yang dicapai ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi informasi, melampaui kesiapan lembaga-lembaga
pendidikan dalam mendesign kurikulum, metode dan sarana yang dimiliki
guna menghasilkan lulusan-lulusannya memasuki sebuah era yang ditandai dengan
tingkat kompetisi dan perubahan yang begitu masif dan cepat. Saat ini,
persoalan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan bukan sekedar relevansi antara content
yang diberikan kepada peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja supaya
lulusannya siap memasuki dunia kerja, akan tetapi lebih mengarah pada apa yang
harus dicermati oleh dunia pendidikan terhadap relevansi dimensi
paedagogies-didaktif ( antara lain : tehnik pengajaran, kurikulum, metode,
tempat pembelajaran dan lainnya ) dengan trend budaya global.
B.
Permasalahan
Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan
proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi
telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas
proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu
artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut
Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang
anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis
yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan
bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru
sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa
“di ditiru”. Itu artinya
pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau
pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan
menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari
pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui
system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak,
untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah
salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi
pendidikan nasional masa kini.
Pengertian
profesi itu sendiri menurut Dr. Sikun Pribadi, adalah suatu pernyataan atau suatu
janji terbuka bahwa seseorng akan mengabdikan dirinya kepada suatu perbuatan
atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu. Jadi, yang namanya guru itu juga bisa dikatakan pula
sebagai sebuah profesi pekerjaan bahkan pekerjaan yang sangat mulia karena
telah dengan senang hati tulus untuk mengabdikan diri dalam dunia pendidikan
menerdaskan dan mengembangkan manusia sesuai kodratnya dan yang tertuang dalam
peraturan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu dalam UU No. 02 tahun 1989.
Untuk
dapat mencapai tujuan dari pendidikan terebut serta agar tidak dipandang
sebelah mata oleh sebagian orang, maka seorang guru dalam melaksankan tuganya
pun dituntut harus dapat bersikap seprofesional mungkin. Karena profesional itu
sendiri menurut Jarvis adalah seorang melakukan suatu tugas profesi juga
sebagai seorang ahli (expert) apabila dia secara sepesifik memperolehnya
dari belajar.
Selain
itu juga seorang guru pun harus memiliki beberapa kompetensi untuk dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik sebagai pendidik yang profesional. Kompetensi tersebut
yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian.
Dengan
memiliki dan memenuhi semuanya itu, maka seorang guru tersebut dapat dikatakan
sebagai seorang guru yang benar-benar profesional yang dapat mengemban tugas
dengan baik. Dan juga profesi ini pun tidak akan lagi dipandang sebelah mata
oleh kalangan banyak orang, sehingga prospek profesi guru pun menjadai cerah
dan menjanjikan peminatnya kedepan pun akan semakin meningkat. Ini dibuktikan
beberapa tahun banyak sekali generasi-generasi muda yang melanjutkan sekolah
dalam bidang keguruan, apalagi semenjak pemerintah merancangkan untuk
menyejahterakan kehidupan guru dengan cara sertifikasi.
Merubah
cara pandang, cara mengajar dan memotivasi para guru untuk berubah bukanlah hal
yang mudah. Dibutuhan usaha yang terus menerus berupa pelatihan berkelanjutan
serta pendampingan secara langsung serta supervisi yang terus menerus. Namun,
nampaknya harapan tersebut tidak berlaku dan tidak terjadi di lingkungan
pendidikan kita. Jika melihat program pelatihan dan pengembangan profesional
yang dibuat atau diprogramkan pemerintah sepertinya tidak dirancang untuk terus
berlanjut, namun hanya berorientasikan proyek saja, alias menghabiskan anggaran
yang tersisa.
Sudah
saatnya pemerintah memiliki peta jalan pengembangan sumber daya pendidik yang
berkelanjutan, yang konsisten dibawa dan dilaksanakan oleh siapapun yang
memimpin kementrian pendidikan nasional dari bagian atas (pimpinan) sampai
tahapan pelaksananya. Selain itu fokus pembangunan pendidikan juga harus
dirubah porsinya karena saat ini pembangunan infrastruktur/sarana prasarana
menjadi lebih dominan dibandingkan dengan pembangunan dan pengembangan sumber
daya manusia (guru dan tenaga kependidikan).
Sudah
seharusnya pemerintah memiliki target pengembangan sumber daya manusia yang
tersegmen. Artinya pemerintah harus memfokuskan diri terhadap pengembangan
profesional tenaga pendidik yang berusia potensial, yang nantinya disebut
sebagai “The Golden Generation”. Dengan demikian regenerasi para pendidik yang
sudah mulai masuk masa pensiun, serta penyiapan pendidik kompeten dapat segera
dilakukan. Generasi emas inilah yang nantinya akan menjadi pengganti dari para
generasi terdahulu dengan pola pikir dan pendekatan belajar yang lama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan
proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Seorang guru pun harus memiliki beberapa kompetensi untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai pendidik yang profesional. Kompetensi
tersebut yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian.
B.
Saran
-
Menjadi
seorang guru harus memiliki kompetensi yang baik.
-
Guru
harus mempunyai wawasan yang luas dan bias menjadi tauladan bagi peserta
didiknya.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Karya Tulis ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “ANALISIS KASUS WISMA ATLET PALEMBANG”
Karya Tulis ini berisikan tentang masalah
kasus penyuapan dana pembangunan wisma atlet di Palembang.
Kami menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Selajambe, Juli 2013
Penyusun
1 comments:
bagus bu guru :)
Post a Comment