Pengertian, Tujuan dan Fungsi Seminar Pendidikan
- Friday, 21 September 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Mata kuliah
seminar pendidikkan adalah mata kuliah pada semester V ( lima ) di STAI Al-Ihya
Kuningan Kampus 2 Selajambe yang memiliki tujuan mengharuskan mahasiswa untuk
mengetahui dan pandai dalam menseminarkan karya ilmiah di kampus dan di
pergunakan untuk hal-hal yang berkenaan dengan karya ilmiah.
Seorang
mahasiswa di nilai harus cakap dan terampil dalam seminar pendidikan disebabkan
karena kebutuhan pokok seorang mahasiswa dalam mempertanggung jawabkan karya
ilmiahnya. Mahasiswa yang kreatif dalam menyampaikan sebuah karya ilmiah adalah
mahasiswa yang benar-benar dapat mempertanggung jawabkan karya ilmiahnya,
kecakapan bebahasa atau retorika juga dapat menarik perhatian orang lain
mendengarkannya ketika ia berbicara untuk mendukung hasil karyanya.
Dalam tulisan
ini kami berikan sebuah solusi bagaimana cara mempraktekkan seminar pendidikan
dan cakupan-cakupan seminar pendidikan yang terdapat dalam teori beberapa ahli
pendidikan, mudah-mudahan dapat dipakai sebagai penambah ilmu bagi kita.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Seminar Pendidikan.
Secara
terminology seminar adalah sebuah kegiatan yang di buat untuk penyampaian suatu
karya ilmiah dari seorang pakar atau peneliti yang dipresentasekan kepada
peserta agar dapat mengambil keputusan yang sama terhadap karya ilmiah antara
sumber dengan peserta.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Pendidikan
meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat
tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi.
Dilihat
dari defenisi keduanya maka yang di maksud dengan seminar pendidikan adalah
suatu kegiatan penyampaian karya ilmiah tentang pendidikan yang direncanakan di
presentasekan sumber atau peneliti dalam mengambil kesimpulan dan tujuan
persamaan pendapat tentang hasil karya ilmiah tersebut demi mengambil kebenaran
isi dari hasil karya ilmiah.
B.
Tujuan
Seminar Pendidikan
Seminar
tentunya haruslah direncanakan baik waktu, tempat, peserta dan juga menentukan
pengarah dan sumber dari hasil karya ilmiah agar dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengn tujuan seminar yang akan dilaksanakan. Sebagaimana kita ketahui
tujuan seminar pendidikan adalah untuk mengkoreksi kembali hasil dari sebuah
karya ilmiah untuk mengambil keputusan bersama demi kesempurnaan hasil.
Kegiatan seminar pendidikan tanpa perencanaan akan jauh dari pada tujuan
seminar tersebut, seorang peneliti atau narasumber dalam seminar juga harus
benar-benar sudah memahami dan menguasai isi dari hasil yang ia dapatkan dan
peserta juga telah mengetahui untuk apa dia mengikuti seminar dan benar-benar
sudah mengetahui minimal judul dari yang akan diseminarkan serta harus ada
seorang pengarah dalam acara seminar tersebut.
Adapun
yang terlibat dalam seminar adalah :
1. Ruang
seminar
2. Pengarah
3. Peserta
4. Moderator
5. Notulen.
6. Jalannya
seminar
1. Ruang
Seminar
Ruang seminar yang
memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan interaksi aktif bagi selurah
orang yng aktif mengikuti seminar. Sebuah meja bundar besar meliputi kursi
adalah sebuah contoh yang baik atau bentuk forum dilokal juga baik. Ruangan
tentu saja harus cukup tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim yang enak
untuk mengadakan kegiatan seminar pendidikan. Adanya sebuah papan tulis yang
dapat membantu serta sarana dan prasarana lainnya yang dapat mendukung kegiatan
seminar berlangsung.
2. Pengarah.
Dalam kegiatan seminar proposal pendidikan juga sangat dibutuhkan seorang pengarah yang memiliki fungsi sebagai orang yang dapat menengahkan pendapat antara peserta dan peyaji tentunya pengarah disini adalah orang yang benar-benar ahli dalam pendidikan. Pengarah adalah ahli yang memiliki kompetensi pendidikan sehingga dalam kegiatan seminar semua permasalahan yang ada dan tidak dapat di pecahkan dapat diselesaikan oleh seorang pengarah, sehingga tujuan seminar dapat terlaksana dengan baik tanpa melenceng dari isi karya ilmiah penyaji, berbeda dengan seminar yang secara umum tentunya tidak ada pengarah hanya penyaji saja yang dapat menjawab dari beberapa kritikan dari peserta.
Dalam kegiatan seminar proposal pendidikan juga sangat dibutuhkan seorang pengarah yang memiliki fungsi sebagai orang yang dapat menengahkan pendapat antara peserta dan peyaji tentunya pengarah disini adalah orang yang benar-benar ahli dalam pendidikan. Pengarah adalah ahli yang memiliki kompetensi pendidikan sehingga dalam kegiatan seminar semua permasalahan yang ada dan tidak dapat di pecahkan dapat diselesaikan oleh seorang pengarah, sehingga tujuan seminar dapat terlaksana dengan baik tanpa melenceng dari isi karya ilmiah penyaji, berbeda dengan seminar yang secara umum tentunya tidak ada pengarah hanya penyaji saja yang dapat menjawab dari beberapa kritikan dari peserta.
Pengarah dapat
berbicara dan memberikan pendapat setelah selesai karya ilmiah disajikan dan
kritikan dari peserta, boleh juga berbicara di tengah berjalannya kegiatan
namun dengan alasan sesuatu hal yang memang sangat penting disampaikan ketika
ada permasalahan tentang isi karya ilmiah.
3. Peserta
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei pendek tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik. Dengan terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan diseminarkan, mereka telah mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan akan apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya di dalam seminar.
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei pendek tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik. Dengan terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan diseminarkan, mereka telah mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan akan apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya di dalam seminar.
4. Moderator
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor di dalam kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan orang yang mengarahkan jalannya seminar.
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor di dalam kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan orang yang mengarahkan jalannya seminar.
Semestinyalah seorang
moderator adalah orang yang paling senior dalam tema yang akan diseminarkan.
Ini bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam penguasaan
materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia mestinya yang paling
tahu tentang seluk beluk tema yang diseminarkan.
Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar tidak tereksplorasi dengan baik. Sebelum seminar, seorang moderator harus telah membaca tema yang akan diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan kata-kata kunci, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya akan ditanyakan di dalam seminar. Di awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu poin-poin yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang mencerminkan ide yang akan didiskusikan. Seorang moderator yang baik haruslah seorang pendengar dan pembicara yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan dan membuatnya lebih jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan lain yang lebih jelas. Mengingat beratnya tugas seorang moderator, sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari satu kali dalam sehari.
Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar tidak tereksplorasi dengan baik. Sebelum seminar, seorang moderator harus telah membaca tema yang akan diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan kata-kata kunci, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya akan ditanyakan di dalam seminar. Di awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu poin-poin yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang mencerminkan ide yang akan didiskusikan. Seorang moderator yang baik haruslah seorang pendengar dan pembicara yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan dan membuatnya lebih jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan lain yang lebih jelas. Mengingat beratnya tugas seorang moderator, sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari satu kali dalam sehari.
5. Notulen.
Notulen adalah orang yang diberi tugas dalam seminar untuk membuat catatan singkat tentang jalannya persidangan/ rapat/ seminar juga merangkum isi secara tertulis dari persidangan/ rapat atau seminar. Seorang notulen juga sangat berfungsi dalam kegiatan ilmiah sebab moderator sebagai pengelola kegiatan butuh catatan penting tentang jalannya kegiatan. Pada kebiasaannya tempat notulen berdekatan dengan moderator sehingga ketika berjalan kegiatan tidak terjadi miss communication ( kurang komunikasi ) antara notulen dengan moderator, dalam hal ini notulen tidak saja menulis dari awal kegiatan namun sampai dengan berakhirnya kegiatan notulen juga berkewajiban menulis jalannya kegiatan.
Notulen adalah orang yang diberi tugas dalam seminar untuk membuat catatan singkat tentang jalannya persidangan/ rapat/ seminar juga merangkum isi secara tertulis dari persidangan/ rapat atau seminar. Seorang notulen juga sangat berfungsi dalam kegiatan ilmiah sebab moderator sebagai pengelola kegiatan butuh catatan penting tentang jalannya kegiatan. Pada kebiasaannya tempat notulen berdekatan dengan moderator sehingga ketika berjalan kegiatan tidak terjadi miss communication ( kurang komunikasi ) antara notulen dengan moderator, dalam hal ini notulen tidak saja menulis dari awal kegiatan namun sampai dengan berakhirnya kegiatan notulen juga berkewajiban menulis jalannya kegiatan.
6. Jalannya
Seminar.
Seminar dimulai dengan
pengantar singkat dari moderator, dan langsung dilanjutkan dengan pertanyaan
kunci yang dibahas oleh semua peserta secara bergiliran.
Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik :
1)
Seminar adalah sebuah diskusi dua arah.
Tidak ada seorang yang lebih mendominasi pembicaraan. Adalah tugas moderator
untuk memperhatikan ini.
2)
Seminar bisa dimulai dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada jawabannya, lalu mengarah ke
pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih dalam dan tidak jelas jawabannya.
Pertanyaan jenis kedualah yang memberikan manfaat terbesar. Tidaklah banyak
pertanyaan yang seperti demikian.
3)
Semua pertanyaan dan pernyataan
dinyatakan dengan jelas tanpa ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau
pernyataan belum jelas, moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang
pengujar untuk memperjelasnya.
4)
Masih berhubungan dengan poin pertama,
setiap pertanyaan haruslah jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap
berhak meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab.
Tanggapan tentunya juga harus relevan dengan pernyataan. Moderator juga harus
memperhatikan ini.
5)
Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai
jembatan kepada pertanyaan lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian
sebuah seminar dapat memberikan manfaat lebih.
6)
Bila ada istilah yang sama, tetapi
dipakai dengan arti yang berbeda oleh beberapa orang, moderator harus
menunjukkan itu dan membuat kesepakatan dalam arti apa istilah itu dipakai sebelum
melanjutkan seminar.
7)
Etiket harus diperhatikan dalam sebuah
seminar, seperti halnya di sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak
merendahkan. Moderator terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh
peserta yang lain. Bukan berarti seminar tidak bisa dilakukan dengan ringan dan
diiringi tawa, namun canda dan tawa dilakukan dengan wajar dan memberi makna di
dalam seminar. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengingat ketimbang ide-ide
kreatif yang kadang membangkitkan tawa.
8)
Seminar adalah sebuah tempat untuk
menggodok ide. Ia bukanlah tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus
kritis namun menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua
orang memiliki posisi yang sama.
9)
Sebuah seminar yang baik tidaklah harus menghasilkan
sebuah kesimpulan tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya
masing-masing.
Yang terpenting adalah
mata mereka lebih terbuka, mereka telah melihat ide-ide baru yang sebelumnya
tidak terpikirkan oleh mereka.
C. Fungsi Seminar Pendidikan
Kita sebagai mahasiswa yang aktif hendaklah
mengikuti seminar,karena seminar sangat bermanfaat bagi kita untuk memperdalam
ilmu.di samping itu seminar membuat kita bebas mengaspirasikan pendapat ataupun
pertanyaan yang sulit kita ketahui.
Seminar Pendidikan ini juga berfungsi sebagai media komunikasi untuk
saling memberikan andil pengetahuan dan bertukar pengalaman selain itu juga
tempat ilmuan untuk mengidentifikasikan masalah, mengembangkan rencana dan
metologi penelitian, dan tempat ilmuan memikirkan cara bagaimana menerapkan
hasil penelitiannya.
BAB
III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas tentunya kita
mendapatkan beberapa kesimpulan bahwa seminar pendidikan sangat penting bagi
seorang akademis dalam mendukung hasil dari sebuah penelitian ilmiah atau dari
hasil sebuah karya ilmiah yang tentunya demi keberhasilan seorag peneliti,
dalam seminar juga dapat disimpulkan bahwa sebuah penelitian bukan hanya
seorang peneliti yang berperan mensukseskan sebuah hasil ilmiahnya tetapi butuh
bantuan orang lain.
Dengan mengambil pendapat orang lain
yang tentunya paham dengan pendidikan dan metodologi maka akan lebih baiknya
kemajuan hasil penelitian, kegiatan seminar pendidikan harus dapat difungsikan
dan dimanfaatkan dengan baik agar manfaatnya dapat menunjang kegiatan ilmiah.
Oleh
karena itu marilah kita mengikuti seminar dengan rajin agar mendapatkan ilmu
lebih dan pastinya nilai tambah dari dosen, daripada kita mengerjakan hal-hal
yang tiada gunanya.
DAFTAR PUSTAKA
- Center for
Informatics office of Education an Cultural Research and Development Ministry
of Education an Culture, (1990) Jakarta: education Indicator: Indonesia
-
Depdikbud (1989)
UU RI No. 2 tahun 1982 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta; Balai
Pustaka
-
http://matakuliahseminar.blogspot.com/2009/10/pengertian-seminardiskusisimposium-dan.html
Metode Penelitian Pendidikan (MPP)
-
PENDEKATAN
KUALITATIF DAN METODENYA
METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata
Kuliah Metode Penelitian Pendidikan
Dosen : Agus Ismail Ya’qub, M.Pd.I.
Prodi /
Semester : PGMI / V (Lima)
Disusun Oleh
: Kelompok 1
1.
Iis Susilawati
2.
Sri Kartika
3.
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
STAI AL – IHYA KUNINGAN
KAMPUS 2 SELAJAMBE
Jalan Lapang Gintung No.09 Desa/Kec. Selajambe Kab. Kuningan
|
A.
PENDAHULUAN
Penelitian dalam ilmu-ilmu sosial, selama ini mengenal dua paradigma dalam mendekati masalah. Paradigma ini membantu peneliti dalam memahami tentang fenomena sosial, bagaimana ilmu pengetahuan dapat terbentuk, dan apa yang mempengaruhi masalah, pemecahannya, serta kriteria dari bukti-bukti ilmiah yang ditemukan (Creswell, 1994). Paradigma pertama adalah positivisme dan kedua adalah fenomenologis (Taylor & Bogdan, 1984; Dooley, 1984; Orford, 1992). Pada paradigma pertama, pemahaman tentang permasalahan sosial didasari pada pengujian teori yang disusun dari berbagai variabel, pengukuran yang melibatkan angka-angka, dan dianalisa menggunakan prosedur statistik. Paradigma ini konsisten dengan apa yang disebut pendekatan kuantitatif, dengan tujuan untuk meramalkan generalisasi suatu teori.
Jadi, penelitian
kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang
didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic),
dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.
Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha
memahami subyek dari kerangka berpikirnya sendiri (Taylor & Bogdan, 1984,
Creswell, 1994).
Metode yang
digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak terstandarisasi. Penelitian
kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya tergantung dari tujuan setiap
penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman untuk diikuti, tapi bukan
aturan yang mati (Cassel & Symon, 1994; Strauss, 1987; Taylor & Bogdan,
1984). Jalannya penelitian dapat berubah sesuai kebutuhan, situasi lapangan
serta hipotesa-hipotesa baru yang muncul selama berlangsungnya penelitian
tersebut.
B.
PENDEKATAN
KUALITATIF DAN METODENYA
Ø Pengertian Pendekatan Kualitatif
Pendekatan
kualitatif adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang beroriantasi
pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka
sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa
dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu,
penelitian semacam ini disebut dengan field study. (Muhammad Nazir, Metode Penelitian
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), hlm. 159.)
Ada tiga
strategi yang digunakan dalam pendekatan ini yakni:
a) penelitian entografi adalah suatu bentuk
penelitian yang berfokus pada makna sosiologis melalui observasi lapangan
tertutup dari fenomena sosiokultural (Emzir,2007:143). Prinsip dalam penelitian
entografi adalah naturalism, pemahaman, dan penemuan.
b) penelitian grounded theory (teori dasar)
adalah teori umum dari metode ilmiah yang berurusan dengan generalisasi,
elaborasi, dan validasi dari teori ilmu sosial (Glaser dan Strauss dalam
Emzir.2007:193). Prinsip dalam grounded theory sebagai metode ilmiah sebagai
berikut: perumusan masalah, deteksi fenomena, penurunan teori, pengembangan
teori, penilaian teori
c) penelitian tindakan (action research) adalah
suatu penelitian informal, kualitatif, formatif, subjektif, interpretif,
reflektif dan suatu model penelitian pengalaman, di mana semua individu
diibaratkan dalam studi sebagai peserta yang mengetahui dan menyokong (Hopkin
dalam Emzir,2007:233).
Ø Penjelasan Tentang Pendekatan Kualitatif
1.
Konsep yang berhubungan dengan pendekatan
Pendekatan
kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu
(dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada
proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan
dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.
2.
Dasar Teori
Jika kita
menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah
adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir
berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis
universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada mulanya teori-teori kualitatif
muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi, serta aliran
fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan
terbuka maka ilmu social lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.
3.
Tujuan
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”..
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”..
4.
Desain
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
5.
Data
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan.
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan.
6.
Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif
7.
Teknik
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur atau tidak terstruktur dan tertutup terstruktur atau tidak terstruktur..
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur atau tidak terstruktur dan tertutup terstruktur atau tidak terstruktur..
8.
Hubungan yang diteliti
Dalam
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil
jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling
kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti
secara intensif. Apabila sample itu manusia, maka yang menjadi responden
diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
9.
Analisa Data
Analisa data
dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan
akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan
suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain,
analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa
komparasi konstan (grounded theory research).
Ø Metode Pendekatan Kualitatif
Metode
yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak terstandarisasi.
Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya tergantung
dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman untuk
diikuti, tapi bukan aturan yang mati (Cassel & Symon, 1994; Strauss, 1987;
Taylor & Bogdan, 1984). Jalannya penelitian dapat berubah sesuai kebutuhan,
situasi lapangan serta hipotesa-hipotesa baru yang muncul selama berlangsungnya
penelitian tersebut.
Metode
kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip
wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak
lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks
yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah
untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan
institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.
C.
KESIMPULAN
Pendekatan
kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya
tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk
penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat
terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti. Metode yang digunakan dalam
pendekatan kulitatif umumnya bersifat induktif, dimana metode ini menggunakan
beberapa bentuk pengumpulan data dan bersifat fleksibel dalam arti tergantung
dari tujuan setiap penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Subscribe to:
Posts (Atom)